Kamis, 02 Februari 2012

KRITIK SASTRA OBJEKTIF
CINTA TAK TERDUGA
Karya Larasati


Untuk mengkritik cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati ini digunakan teori kritik sastra objektif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka kritik sastra objektif dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati sebagai berikut:
Cerpen Cinta Tak Terduga adalah salah satu cerpen karya Larasati. Cerpen ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang remaja yang kangen dan ingin bertemu dengan ayahnya, tapi sebelum berangkat ke Jakarta Laras cemas dan khawatir dengan temannya Baron namannya yang gay belum juga pulang setelah di dipaksa pergi oleh pacarnya semalam. Kegelisahan dan kekhawatiran Laras terbukti setelah ditemukan mayat Baron yang mengenaskan bahkan sudah kaku dengan seutas tali tambang plastic yang terikat di lehernya yang di temukan oleh warga di parit pinggir jalan raya. Laras shock dan perasaannnya sedih banget, untung saja ada Darmanto di sisihnya yang menghibur dan mendampingi menuju Jakarta untuk bertemu dengan ayahnnya tercinta. Semangat laras tumbuh lagi ketika mereka sudah sampai Jakarta, dia sudah tidak sabar lagi  ingin bertemu dengan ayahnnya dan berharap ayahnya mau rujuk lagi dengan ibunya. Tapi tidak seperti yang dibayangkan oleh Laras sesampai di rumah ayahnya Laras terkejut melihat ayahnya yang sudah besama dengan perempuan lain, Laras amat terpukul dan kecewa dengan ayahnya.
Tema dalam terdapat dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati adalah kekecewaan anak terhadap ayahya. Dalam menyajikan tema penulis cukup jelas,  sehingga pembaca mudah untuk menentukan tema.
Tokoh-tokoh sentra dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati adalah Larasati, dan Darmanto. Keduannya memiliki sifat dan karakter yang kuat, yang membedakan tokoh satu dengan lannya berikut ini kutipannya.
“harus berangkat pagi ini ya, Dar?”laras mendekati Dar yang masih memeriksa motor pinjamannya. “iya, karena masih harus membereskan motormu  ke bengkel. Kalau kerusakannya parah dan lama, kirim balik ke Solo!” Dar melirik Laras” (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010).
Kutipan ini menjelaskan bahwa sifat dari kedua tokoh yang berbeda, si Laras yang mempunyai sifat tak sabaran menunggu motornya yang diperbaiki oleh Darmanto dan kebalikan dari sifat Larasati, Darmanto memiliki sifat yang sabar dan perhatian. Seperti dalam kutipan berikut ini.”Kita tidak mungkin nunggu lama, Ras. Dan masalah Baron itu bukan urusan kita, “Darmanto mengingatkan Laras yang masih mondar-mandir kaya setrika (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010). Tuturan tersebut menjelaskan bahwa Darmanto mengingatkan kepada Laras bahwa masalah Baron iu bukan urusan kita.
Sedangkan tokoh tambahan adalah Baron, oma baron dan ayah. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda yang dapat memberi warna dalam cerpan Cinta Tak Treduga karya Larasati, sifat dan karakter dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati mudah untuk dipahami, misalnya saja pada tokoh Baron, disini Baron dikisahkan sebagai seorang lelaki yang gemulai yang berani mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay, seperti dalam kutipan “lelaki gemulai yang berani mengakui terus-terang bahwa dia gay” (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010 ). Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Baron termasuk orang yang hebat dan pemberani karena dia berani mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay dan itu membutuhkan suatu keberanian karena tidak semua orang berani melakukannya.
Dalam menyajikan tokoh Oma Baron penulis cukup jelas, di cerpen  Cinta Tak Terduga karya Larasati Oma Baron dikisahkan sebagai seorang nenek yang tegar dan sayang kepada cucunya (Baron), seperti dalam kutipan “diam-diam , oma Baron pun tengah menunggu cucunya dengan resah” (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010). Dalam menyajikan tokoh ayah penulis kurang jelas memaparkan karakter atau sifat ayah yang bagaimana.

Dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati ini memiliki tiga latar yang cukup jelas penyajiannya. (1)di Losmen oma Baron seperti dalam kutipan “laras menunggu  di losmen milik oma baron, bersama darmanto. Tentu saja tidak sekamar, baik laras maupun dar tahu diri”  (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010). Dan pada kutipan “Mengambil dua kamar, semalam laras dan dar menginap disitu” (Cinta Tak Terduga karya Larasati). (2) di jalan menuju Jakarta, seperti dalam kutipan “mereka lalu asyk bersendau-gurau sepanjang jalan, memburu waktu menuju jakarta” (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010) dan (3) di rumah ayahnya, seperti dalam kutipan
setelah melewati gang-gang kecil dan bertanya beberapa kali, sampailah mereka di depan sebuah rumah berlantai dua, berpagar kayu setinggi setengah meter, dengan taman mungil yang asri di halaman depan, rumput menghampar hingga teras ” (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010).
“Inilah rumah impian yang pernah di ceritakan mama dan papanya. Sederhana dan asri. Gemericik air terjun  kecil mengiringi  langkah Laras dan Darmanto menuju pintu depan” (Cinta Tak Terduga karya Larasati, Agustus 2010).
Gaya penulisan dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati sangat jelas sehingga pembaca tidak merasakan bingung serta bahasa yang digunakan tidak berbelit sehingga pembaca tidak kesulitan untuk memahami isi cerpen tersebut.
Alur atau plot yang di sajikan penulis dalam Cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati secara runtut atau alur maju karena dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati menceritakan secara runtun kejadian sejak Laras menginap dilosmen sampi Laras bertemu dengan ayahnya.
 Dalam cerpen Cinta Tak Terduga karya Larasati pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama  yaitu Laras, penulis menggunakan namanya sendiri.

 

KRITIK SASTRA OBJEKTIF
CINTA TAK TERDUGA
Karya Larasati

Makalah ini dibuat guna melengkapi tugas remidi mata kulia kritik sastra yang di ampu oleh Ambarini


RETNO ISTRININGSIH
NPM 06410348



FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar