Kamis, 09 Februari 2012


PUISI
 DEFINISI DAN UNSUR-UNSURNYA

1. Pengertian
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1)   Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2)   Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3)   Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(4)   Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5)   Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

2. Unsur-unsur Puisi
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.
(1)   Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
(2)   Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
(3)   Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
(4)   Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
(5)   Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima). Djojosuroto (2004:35) menggambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Puisi sebagai struktur
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut.

Kamis, 02 Februari 2012

KATA PENGANTAR
           
Senandung terindah yang patut diucapkan lewat lisan basah ini adalah lantunan tahmid,  Alhamdulillah wasyukurillah senantiasa penyusun haturkan kehadirat Tuhan yang tiada hentinya melimpahkan rahmat serta hidayahNya. Akhirnya, dengan segala usaha, semangat, dan doa. Penyusun dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa yang berjudul “Dimensi – Dimensi Pemerolehan Bahasa“
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa dengan dosen pengampu Ibu Maria Ulfa S.Pd. Serta makalah ini disusun guna memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca tentang bagainama cara dan proses pemerolehan bahasa yang sering kita gunakan dalam keseharian ini.
Maka kita sebagai tenaga pengajar yang propesional bidang studi Bahasa Indonesia sudah sepatutnya harus mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa yang benar sesuai kaidah bahasa yang telah ditentukan.
Kami menyadari sepenuhnya bahawa masih banyak kekurangan dalam menyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Terima kasih.

Semarang,                      2009

Penyusun.








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I            PENDAHULUAN
A.    Latar belakang ...................................................................................................
B.     Permasalahan .....................................................................................................
BAB II            PEMBAHASAN
A.    Pandangan Global dan Kecenderunagan dalam Pemerolehan Bahasa ………
B.     Kapasitas dan asses dalam Belajar Bahasa ....................................................
C.     Struktur Proses Belajar Bahasa dan kecepatan pemerolehan bahasa .......
BAB III          PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………
B.     Saran ……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa memiki peran sental dalam perkembangan intelektual, social dan emosional pengguna bahasa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan bahasa diharapkan membantu pengguna bahasa dalam mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa. Pemerolehan bahasa oleh seorang anak memang merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menajubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar. Bagaimana hal mengenai cara anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa; tetapi sangat sedikit yang diketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa. Satu hal yang diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kogitif dan sosial.  
Menurut Slobin mengemukakan bahwa setiap pendekatan moderen terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyatan bahwa bahasa dibangun sejak semula oleh setiap anak, memanfaatkan aneka kapasitas bawahan sejak lahir yang beranaeka ragam dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan sosial. Dalam hal ini sesuia perkembangan bahasa, para pakar linguis percaya bahwa kemapunan belajar bahasa paling tidak sebagain berkaitan dengan program genetika yang memang khas bagi ras manusia. Dalam deminsi-deminsi pemerolehan bahasa ini akan dikemukakan pandangan global dan Kecenderunagan dalam Pemerolehan Bahasa, kapasitas dan asses dalam belajar bahasa, struktur proses belajar bahasa dan kecepatan pemerolehan bahasa. Yang akan membantu kepada pengguna bahasa untuk mengetahui pemerolehan bahasa.
B.     Permasalahan
1)      Pandangan Global dan Kecenderunagan dalam Pemerolehan Bahasa
2)      Kapasitas dan asses dalam Belajar Bahasa
3)      Struktur Proses Belajar Bahasa dan kecepatan pemerolehan bahasa


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pandangan Global dan kecenderungan dalam Pemerolehan Bahasa
Ada berbagai istilah Pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan, dan keaslian, tetapi dalam pengertiannya ternyata hampir sama. Misalnya, antara Pemerolehan bahasa Pertama dengan Pemerolehan bahasa asing tidak ada perbedaan pengertian. Di dalam literature keduanya sering dipakai bergantian-ganti untuk maksud dan pengertian yang sama.
Ragam atau jenis pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari lima sudut pandang yaitu :
a.       Berdasarkan Bentuk
Ditinjau dari segi bentuk, Klein (1983 : 3 ) membagi tiga pemerolehan bahasa yaitu :
1)      Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquistion, yaitu bahasa yang Pertama diperolah sejak lahir.
2)      Pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition, ini diperolaeh setelah bahasa pertama diperolah.
3)      Pemerolehan ulang atau re-acquistion yaitu bahasa yang dulu pernah diperolah kini diperolah kembali karena alasan kebutuhan atau imigrasi.
b.      Berdasarkan Urutan
Ditinjau dari segi urutan mengenal dua pemerolehan :
1)      Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition.
2)      Pemerolehan bahasa kedua ayau second language acquisition
c.       Berdasarakan Jumlah
Ditinjau dari segi jumlah mengenal dua pemerolehan :
1)      Pemerolehan satu bahasa atau monolingual
2)      Pemerolehan dua bahasa atau bilingual acquisitioan (Bracia, 1983)
d.      Berdasarkan Medianya
1)      Pemerolehan bahasa lisan atau oral language (speech) aguaisition bahasa yang diucapkan olah penuturnya.
2)      Pemerolaehan bahasa tidak atau written language acquisitioan (Feedman : 1985) bahasa yang dituliskan oleh penuturnya.

e.       Berdasarkan keasliannya.
1)      Pemerolehan bahasa asli atau native language acquisition. Bahasa yang merupakan alat komunikasi penduduk asli.
2)      Pemerolehan bahasa asing atau language acquisition (winitz, 1981). Bahasa asing adalah bahasa yang digunakan olaeh para pendatang.
f.       Berdasarkan keserentakan atau keberurutan (khusus bagi pemerolehan dua bahasa).
1)      Pemerolehan (dua bahasa) serentak atau simulteneus acquisition, seorang anak dapat memperoleh dua bahasa sekaligus serantak.
2)      Pemerolehan dua bahasa berurutan atau successive acquisition (Harding & Riley, 1986), seorang anak juga dapat memperoleh dua bahasa secara berurutan yang satu diperolah baru yang lain.
Setelah membicaran aneka ragam atau pendangan global terhadap pemerolehan bahasa. Berikut ini, kecanderungan (Prospensity) mencakup seluruh factor yang menyebabkan pelajaran menerapkan kemampuan berbahasa untuk memperoleh suatu bahasa. Unsur-unsur komponen kecenderungan itu dapat dipengaruhi oleh factor-faktor eksternal. Komponen yang mempengaruhi kecenderunagan dalam pemerolehana bahasa, yaitu :
a.       Integrasi social
Dalam pemerolehan B1 social merupakan factor yang dominan. Integrasi social mempunyai sedikit kebermaknaan sebagai factor penyebab kecenderungan dalam belajar B2 di tingkat Perguruan Tinggi. Dalam hal-hal tertentu, integrasi social merupakan factor yang mengakibatkan pengaruh negative.
b.      Kebutuhan Komunikatif
Factor kebutuhan komunikatif harus dibedakan dengan integrasi social karena kedua komponen kecenderunagn yang berinteraksi sejalan dengan perbedaan antara motivasi integrative dan motivasi instrumental.
c.       Sikap
Sikap subjektif mempengaruhi belajar bahasa dengan cara-cara yang tidak jelas, misalnya disebabkan kurangnya integrasi social dan kurangnya rasa percaya diri. Sikap meremehkan mengakibatkan sedikitnya perhatian kepada bahasa yang akan dipelejari hanya sedikit pencurahan dan akhirnya mengaterkan kepada kegagalan belajar B2.
d.      Pendidikan
Diantara komponen-komponen yang menunjang kecenderungan Pendidikan merupakan factor yang paling lemah. Pendidikan akan lebih efektif jika digabungkan dengan factor kecenderunagn yang lain.
RINGKASAN MATERI
MATA KULIAH MORFOLOGI 2


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi 2
dengan dosen pengampu Ibu Septina,S.Pd.



 













Disusun oleh :
Nama                               :   M. SABBARDI
NPM                       :   07410745
Kelas/ Jurusan       :   3 P / PBSI





PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2009

MORFOLOGI 2

A.    AFIKSASI
      Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks.
      a.   Jenis-jenis afiks :
1.      Prefiks yaitu afiks yang diletakkandi muka dasar.
2.      Infiks yaitu afiks yangdiletekkan didalam dasar.
3.      Sufiks yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar.
4.      Simulfiks yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan cirri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar.
5.      Konfiks yaitu afiks yang terdiri dari 2 unsur,satu dimuka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar,harus dibedakan dari kombinasi konfiks.
Afiksasi berasal dari morfem afiks+sasi yang dimaksud dengan afiks ialah mofem yang harus diletakkan pada morfem yang lain untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran, sedangkan afiksasi adalah proses penggabungan akar atau pokok kata dengan afiks.
Afiks dapat dibagi berdasarkan tiga bagian yaitu; dari segi posisinya, kamampuan malekatnya, dan asalnya. Afiks di lihat dari segi posisinya dapat dibagi atas; prefiks, infks, sufiks, konfiks, dan kombinasi, sedangkan dilihat dari segi kamampuan melekatnya dibagi atas dua bagian yaitu; afiks produktif adalah afiks yang mempunyai kamampuan besar untuk dilekatkan pada macam-macam morfem lain, untuk membentuk kata yang berfungsi ujaran, missal;; me-, di-, dan –an. Afiks improduktif adalah afiks yang tidak mempunyai kamampuan untuk dilekatkan pada morfem dalam ujaran, missal;; -el, -em, dan –er. Dan afiks dilihat dari segi asalnya dibagi atas dua bagian yaitu: afiks asli adalah afiks yang berasal dari bahasa penutur, missal;; bahasa Indonesia afiks; me-, ter-, -kan. Afiks asing adalah afiks yang belum mampu keluar dari lingkuang bahas tempat afiks itu berasal, misal;; afiks –in, -at.
                                         MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN ANAK DARI USIA SD SAMPAI SMA
Dianjurkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan yang diampu oleh Bapak Sudono







Oleh :
Nama         : M. SABBARDI
NPM          : 07410745
Jurusan / Semester : PBSI / 2 P
                                                                                                         

PROGRAM SRTUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
IKIP PGRI SEMARANG
2008

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah wasyukurillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Perkembangan anak dari usia SD sampai SMA” dengan tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan Dosen pengampu Bapak Sudono. Serta makalah ini disusun guna mengetahui bagaimana menganalisis seorang anak pada suatu lingkungan sekolah baik perubahan fisik, psikis, sikap, tingkah laku dan pola fakir seorang anak. 
Namun demikianlah penulis menyadari bahwa dalam penulis makalah ini penulis mempunyai banyak kekurangan untuk itu penulos mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada pembaca.

Semarang,                         2008


Penulis










DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………..
Kata Pengantar ………………………………………………………………………..
Daftar Isi ………………………………………………………………………………
BAB I            PENDAHULUAN …………………………………………………….
A.    Latar Belakang  …………………………………………...............
B.     Permasalahan ……………………………………………………..
BAB II            PEMBAHASAN
A.    Perkembangan anak usia SD …………………………………………
B.     Perkembangan anak usia SMP  ………………………………………
C.     Perkembangan anak usia SMA …………………………………………
BAB III          PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………….
B.     Saran …………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………













BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar membimbing anak didik menuju kesadaran. Usaha yang lebih ditujukan kepada pengembanagan budi pekerti, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lainya. Dimana sebuah usaha pendidikan terkhusus terjalin di dalam sebuah sekolahan formal ( SD, SMP, SMA ) yang memberikan pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektual serta perkembangan yang lainya yang berubah sesuai berjalannya sebuah waktu terhadap perubahan masing-masing individu.
Mengingat perkembangan anak yang sangat amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak – terutama fungsi intelektual dalam kemajuan zaman moderen – maka anak memerlukan satu lingkungan sosisl yang baru yang lebih luas; berupa sekolahan untuk mengembangkan semua potensinya.
Selanjutnya melalui sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagai individu dan sebagai makhlik sosisal. Peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat akan memberikan segi-segi keindahan dan kesenangan belajar pada anak. Missal anak belajar secara sistematis, bisa bergaul akrab dengan teman-temannya, bisa bermain bersama, dan mengadakan ekperimen kelompok; dapat berlomba dan bersendau gurau dan seterusnya. Semua pengalaman ini memberikan pengaruh yang sangat besar sekali bagi perkembangan kepribadian anak.
  1. PERMASALAHAN
  1. Perkembangan anak usia SD
  2. Perkembangan anak usia SMP
  3. Perkembangan anak usia SMA


BAB II
PEMBAHASAN
  1. PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH DASAR ( SD )
Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian besekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian besekolah ini secara relative, anak-anak lebih mudah didik dari pada masa sebelumnya dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu :
1)      Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain :
a.       Adanya hubungan positif yang tinggi anatara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmani sehat banyak prestasi yang diperoleh).
b.      Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c.       Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri)
d.      Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e.       Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu diangkap tidak penting.
f.       Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapot) yang baik, tanpa menginagat apakah prestasinya memeng pabtas diberi nilai bai atau tidak.
2)      Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah :
a.       Adanya  minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b.      Amat relistis, ingin mengetahui dan ingin belajar.
c.       Menjelang akhir ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikut teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjol factor-faktor (bakat-bakat khusus).
d.      Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhnakan guru atau orang-orang dewasa lainya untuk menyelesaiakan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
e.       Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapot) sebai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f.       Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut poeral. Berdasarkan penelitian para ahli sifat-sifat khas anak-anak masa poeral ini dapat diringkas dalam dua hal, yaitu :
a.       Ditinjukan untuk berkuasa : sikap, tingkah laku dan perbuatan anak poeral ditujukan untuk berkuasa; apa yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si jujur, si juara dan sebagainya.
b.      Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya; misalnya untuk mencari teman sebaya untuk kebutuhan fisiknya. Anak-anak mas ini membutuhkan kelompok-kelompok sebaya. Pada mereka dorongan bersalin besar sekali karena itu masa ini sering diberi cirri sebagai masa “compettive socialization”.